Sebab
itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan
isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi
yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. – Efesus 5:31-32
Dalam
tradisi kuno Yahudi, pernikahan Yahudi dibagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama atau tahapan pertama disebut Pertunangan / Betrothal dalam bahasa
inggrisnya atau disebut “kiddushin” di dalam tradisi Yahudinya. Dan tahapan
kedua disebut “nissuin” yang dalam istilah kita sehari-hari berarti upacara
pernikahan (wedding celebration).
Kiddushin
berarti sanctification:
dikuduskan atau dipisahkan (“Thou art consecrated to me according to the Law of
Moses and of Israel”). Di dalam tradisi Yahudi pertunangan menjadi sesuatu yang
sangat penting. Saat seorang pria Yahudi bertunangan dengan seorang wanita,
maka secara hukum, mereka telah resmi menjadi suami istri, hanya saja mereka
tidak diperbolehkan/ belum diijinkan untuk melakukan hubungan suami istri.
Kelahiran
Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan
dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup
sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak
mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan
diam-diam.
Ada
perbedaan antara pertunangan ala “Yahudi” (Betrothal) dengan pertunangan
(engagement) yang biasa kita kenal di dunia modern saat-saat sekarang.
Pertunangan dalam tradisi Yahudi mengandung ikatan perjanjian (covenant)
di dalamnya. Ada sumpah yang diikrarkan. Bagi pasangan Yahudi, mereka telah sah menjadi suami istri ketika
mereka bertunangan. Bagi kita, kita dinyatakan sah saat kita
sudah diberkati di “altar”.
Tidak
ada kata mundur atau berbalik, ketika mereka sudah bertunangan, mereka terikat
sampai ajal memisahkan mereka. Walaupun tentunya ada juga mereka yang melanggar
sumpah itu seperti halnya kita pada jaman ini. Tetapi sesungguhnya pertunangan
itu benar-benar adalah hal yang sangat serius di dalam pernikahan Yahudi, saat
itu, karena ada sumpah /covenant di dalamnya.
Kita
bisa melihat betapa seriusnya pertunangan sepasang mempelai Yahudi di hadapan
Tuhan, dengan melihat contoh nya di dalam Ulangan 22:23-24
Apabila
ada seorang gadis yang masih perawan dan
yang sudah bertunangan--jika seorang laki-laki bertemu
dengan dia di kota dan tidur dengan dia, maka haruslah mereka keduanya kamu
bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati:
gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki
itu, karena ia telah memperkosa isteri
sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari
tengah-tengahmu.
Dari
ayat ini sekali lagi kita melihat bahwa seorang gadis yang telah bertunangan
itu sudah disebut ISTRI (sama seperti halnya kisah Yusuf dan Maria).
Dan pelanggaran yang terjadi di atas diperhitungkan Tuhan sebagai perzinahan
(adultery) bukan sekedar percabulan (fornication). (Perhatikan perbedaan
antara ayat 23-24 tadi dengan ayat 28-29. Tidak ada hukuman mati bagi seorang
gadis yang belum bertunangan, bila kedapatan berhubungan badan
dengan seorang laki-laki). Jadi di sini kita lihat betapa seriusnya pertunangan
Yahudi di hadapan Tuhan.
Dan
tahukah Saudara, bahwa Saudara sudah dipertunangkan dengan Kristus saat
kita percaya dan menerima-Nya sebagai Juruselamat kita? Tahukah saudara bahwa
saudara adalah Mempelai-mempelai-Nya Kristus.
Dalam
tradisi pertunangan Yahudi, seorang calon mempelai pria akan datang untuk
melamar calon mempelai wanitanya dengan melakukan tiga hal utama:
1.
Menyerahkan uang mahar (emas kawinnya).
2.
Memberikan kontrak nikah (covenant)
3.
Dan memateraikan semuanya itu dengan minum anggur dari cawan yang
sama, sebelum akhirnya ia (mempelai pria) meninggalkan mempelai wanitanya,
berpisah untuk suatu waktu tertentu, untuk kembali ke rumah Bapanya untuk
mempersiapkan tempat tinggal bagi sang mempelai wanita, supaya di mana ia
berada sang mempelai wanita ada juga bersamanya.
Bukankah
semua itu sudah dilakukan Kristus bagi kita?
Bukankah Ia telah membayar uang maharnya /emas kawinnya bagi anda dengan darah-Nya yang mahal, dan harganya telah lunas dibayar, dan kita sekarang bukan lagi milik kita sendiri, tapi kita sudah menjadi milik-Nya? (1 Korintus 6:20)
Bukankah
Ia telah memberikan perjanjian-Nya (Firman Tuhan /Alkitab) dan Roh Kudus-Nya
bagi kita? (2
Petrus 1:2-4)
Dan
pada malam sebelum Ia diserahkan untuk disalib bukankah Ia juga telah
mengangkat cawan anggur dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan
ini.
Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa (Matius 26: 27-28)
Bukankah
Ia juga telah berkata kepada murid-murid-Nya: "Janganlah gelisah hatimu;
percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak
tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab
Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi
ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa
kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (Yohanes
14:1-3)
Mengetahui/mengenali
identitas kita sebagai Mempelai-mempelai-Nya sangat penting. Mengetahui/mengenali
identitas kita akan merubah hidup kita. Waktu kita mengenali identitas kita,
hidup kita akan berubah (inilah yang disebut perubahan inside out – dari dalam
keluar). Heidi Baker seorang penginjil yang sangat terkenal dengan
pelayanan-nya kepada anak-anak miskin dan menderita di Mozambiq melukiskan
tentang identitas sebagai berikut:
Dalam
suatu penglihatan, Tuhan memperlihatkan suatu pesta jamuan makan yang besar,
penuh dengan jamuan yang berlimpah dan pesta itu dihadiri banyak orang. Tapi
dari orang-orang yang diundang itu ternyata ia menemui ada dua tipe orang yang berperilaku
ganjil yang tidak mengenali identitasnya. Tipe orang yang pertama: Dengan
sembunyi-sembunyi ketika orang-orang tidak melihatnya, mereka mulai mencuri
makanan di meja yang sebenarnya memang disediakan secara cuma-cuma untuk
mereka.
Tipe
yang kedua adalah: tipe orang-orang yang ia jumpai, mengambil dan menimbun
makanan di piring mereka secara begitu luar biasa, sehingga seolah-olah tidak
ada makanan lagi untuk hari esok. Mereka terlihat begitu serakah.
Kedua
tipe orang ini adalah contoh orang-orang yang telah kehilangan identitasnya..
Mereka adalah orang-orang yang tidak bisa mengenali identitasnya, sama seperti
si sulung dalam kisah anak yang hilang (Lukas 15).
Kehidupan,
kebudayaan dan perlakuan orang pada masa lalu telah membentuk mereka sehingga
mereka kehilangan identitas yang benar. Tapi Tuhan mau kita mengenali identitas
kita yang benar / sesungguhnya… Karena pengenalan akan identitas akan merubah
hidup kita.. (Pangeran William dari kerajaan Inggris, dia hidup dengan gaya
hidup dan nilai-nilai kerajaan Inggris. Dia berpakaian, bertingkah laku dan
berbicara layaknya seorang bangsawan… Mengapa? karena ia tahu dan mengenali
identitasnya bahwa ia adalah seorang pangeran yang suatu hari akan menjadi
pewaris tahta bapaknya).
Identitas
inilah yg senantiasa ingin dicuri oleh iblis. Karena ketika ia dapat mencuri
identitas Anda, ia dapat mencuri potensi dan otoritas yang ada dalam hidup
Anda.
Bapak
Rev. Kenneth Hagin Sr, seorang yang dikenal sebagai bapak iman modern membagi
gereja dalam 3 jenis:
1.
Gereja yang kalah; kerjaannya jatuh bangun.
2.
Gereja yang Bergumul /berjuang untuk menang, dan yang ketiga;
3.
Gereja yang berkemenangan (the triumphant church).
Beliau
mengatakan sayangnya banyak gereja masih ada dalam jenis yang kedua. Ia tidak
mengerti identitasnya sebagai lebih dari pemenang di dalam Yesus Kristus. Ia
senantiasa bergulat /berjuang untuk menang.
Tapi
ada jenis gereja yang ketiga. Ia bukannya tidak melakukan peperangan. Ia
melakukan peperangan tapi ia melakukannya dari posisi sebagai pemenang. Ia
berperang dari kemenangan (Fight from victory not fight for victory). Ini
paradigma yang benar.
Demikian
pula dengan kita. Sewaktu kita mengenali identitas kita sebagai
mempelai-mempelaiNya yang telah bertunangan dengan DIA (menurut konsep /tradisi
Yahudi), maka kita akan hidup dalam OTORITAS yang benar dan kita tidak akan
hidup asal-asalan, Kita akan memelihara dan menjaga hidup kita dengan
sungguh-sungguh karena kita tahu kita adalah Mempelai-Nya. Dan sama seperti
halnya seorang wanita Yahudi yang telah bertungangan - mempersiapkan dirinya
untuk kedatangan sang mempelai pria, maka kita pun mempersiapkan hidup kita
bagi Nya. Kita hidup hanya bagi Dia (consecrated to Him).. tidak boleh ada
“pria” lain dalam hidup kita. Itulah sebabnya Bapak Gembala Sidang kita
hari-hari ini dengan keras memperingati kita untuk tidak mencintai dunia dan
apa yang ada di dalamnya.. (Matius 6 : 24).
Saudara-saudara
kedatangan Tuhan Yesus untuk kali yang kedua menjemput Mempelai-mempelai-Nya
sudah sangat singkat, biarlah kita seperti lima gadis bijaksana yang kedapatan
berjaga-jaga dan siap ketika Ia datang. Marilah kita sungguh-sungguh hidup
dalam kekudusan karena kita tahu kita telah menjadi Mempelai-mempelai-Nya. TUHAN YESUS
MEMBERKATI. MARANATHA, datanglah segera Tuhan Yesus.