“Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri.” (Mazmur 33:12)
“Merdeka!” -- satu kata yang akan selalu dimengerti dan diingat oleh seluruh orang Indonesia. “17 Agustus 1945” --
satu tanggal yang tidak akan pernah dilupakan oleh siapapun yang
menyatakan bahwa Merah-Putih adalah Bendera Kebangsaan-nya. Bulan
Agustus ini adalah bulan yang sangat berarti bagi kita orang Indonesia
karena pada bulan inilah kita semua memperingati berkat TUHAN yang Ia
berikan kepada bangsa kita: kemerdekaan. Satu pernyataan yang harus kita
ingat adalah bahwa kalau Indonesia bisa ada dan tetap exist hingga
saat ini, itu semua karena TUHAN. TUHAN-lah yang mendirikan Indonesia,
dan Ia juga yang akan tetap menjaga dan memberkatinya. Amin!
Sejarah bangsa dan negara kita jelas
menunjukkan bahwa TUHAN yang kita sembah dalam nama YESUS memiliki peran
yang sangat besar. Mulai dari tahun 1850-an di mana kaum Kristen
Belanda yang masuk dalam Parlemen menuntut Kerajaan Belanda agar segera
memberlakukan “Politik Balas Budi” kepada Hindia Belanda, yang
pada akhirnya memungkinkan banyak pemuda sekolah/belajar bahkan hingga
ke negeri Belanda itu sendiri. Persekutuan-persekutuan doa di Belanda
mulai bermunculan yang pada akhirnya berkembang menjadi organisasi
kepemudaan yang lintas agama dan suku. Paling terkenal adalah“Indische Vereeninging” dengan Ketua Dr. M. Hatta. Sementara di dalam negeri, para pemuda Kristen dari berbagai organisasi (“Jong Bond”) mulai bergerak dalam unity yang berpuncak tahun 1928 dengan lahirnya “Sumpah Pemuda”, di mana kata “Indonesia” mulai digunakan secara formal dan lagu “Indonesia Raya” menjadi
lagu visi dan cita-cita kebangsaan. Secara signifikan karya TUHAN pun
tampak jelas ketika 18 Agustus 1945, sehari setelah Proklamasi, para
pendiri negara bersidang untuk mem-finalisasi penetapan Dasar Negara
maka disepakatilah Sila-1 Pancasila yang kita tahu sekarang ini dan
bukan versi awal yang hanya menitik-beratkan kepentingan salah satu
agama saja. Kalau hari ini kita sebagai orang Kristen Indonesia bebas
untuk menjalankan iman kita, itu semua karena TUHAN-lah yang mendirikan
bangsa ini. Haleluya! Begitu banyak catatan sejarah dimana TUHAN melalui
anak-anak-Nya melakukan perkara ajaib atas bangsa ini. Sebagai orang
Kristen yang lahir/dibesarkan di Indonesia, kita harus bangga dan
bersyukur menjadi bagian dari bangsa yang diberkati oleh TUHAN.
Tetapi apakah tepat bagi seorang Kristen
untuk juga memiliki semangat patriotisme? Bagaimana pandangan Alkitab
mengenai hal ini? Bagaimana seharusnya kita bersikap sebagai seorang
warga negara yang baik dan juga sebagai seorang anak TUHAN? Pertama-tama
marilah kita perhatikan sikap-sikap yang harus kita jauhi sebagai
anak-anak TUHAN yang ditempatkan TUHAN sebagai warga suatu negara:
1. Jauhi sikap yang menginginkan negara kita menjadi negara yang paling dominan dan berkuasa.
Jangan salah paham; walaupun kewarganegaraan kita adalah di Sorga (Filipi 3:20), tentu
kita juga ingin negara di mana TUHAN menempatkan kita ini terus maju,
tetapi bukan untuk mengalahkan atau mengerdilkan bangsa/negara lain.
Keinginan kita untuk melihat dan memajukan negara kita adalah agar
Indonesia menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Keinginan hati yang besar
adalah melihat bahwa negara ini berjalan dalam kebenaran dan berkat
TUHAN. Amsal 14:34 “Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa.”
2. Jauhi sikap yang mengatakan “right or wrong, it’s my country.”
Seorang patriot adalah seseorang yang berani mengatakan apa yang benar dan berani untuk menyatakan apa yang salah, termasuk bila dilakukan oleh negaranya. Sikap yang mengatakan “pokoknya negaraku biarpun salah” bukanlah semangat kebangsaan yang benar; sama sekali tidak patriotik. Sebagai anak TUHAN kita dipanggil oleh TUHAN untuk menegakkan kebenaran, menyatakan keadilan dan menjadi terang dimana TUHAN menempatkan kita.
3. Jauhi sikap yang merendahkan/memusuhi negara-negara tetangga.
Salah satu kecenderungan dari semangat kebangsaan yang “kebablasan” adalah
memandang rendah/memusuhi bangsa-bangsa lain, khususnya tetangga kita.
Sebagai orang Kristen, kita harus sadar dan memandang bahwa kita
memiliki saudara-saudari dalam Kristus yang berasal dari berbagai macam
bahasa, ras, bangsa dan negara lain. Sebagai orang Kristen kita juga
harus sadar bahwa masih banyak orang-orang yang belum mengenal TUHAN
YESUS, termasuk di negara lain, yang membutuhkan Injil dan
keteladanan/kesaksian hidup Kristen kita. Kalimat-kalimat dan
sikap-sikap negatif yang kita munculkan (hari-hari ini paling banyak
melalui social network) kepada negara-negara tetangga tidak
akan mendekatkan mereka kepada kasih TUHAN. Ingatlah, sekali lagi,
sebagai anak-anak TUHAN di Indonesia, kita ditentukan untuk menjadi
berkat bagi banyak orang/bangsa, sehingga bukan hanya nama TUHAN
dipermuliakan tetapi pernyataan“Indonesia menjadi berkat bagi bangsa-bangsa” benar-benar menjadi kenyataan, setidaknya melalui sikap dan perkataan kita. Mazmur
67:2-3 “Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia
menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan
keselamatan-Mu di antara segala bangsa.”
Setelah membaca ketiga point diatas,
mungkin saja Anda menganggap bahwa kalau kita melakukan hal-hal
tersebut, lalu di mana sikap patriotisme itu dimunculkan? Di mana momen
saat orang-orang Kristen di Indonesia menunjukkan sikap
patriotisme-nya? Justru di bulan Agustus inilah mari kita tunjukkan
semangat patriotisme kita dengan turut merayakan Kemerdekaan Indonesia
dan terus-menerus berkarya di Indonesia karena:
1. TUHAN-lah yang
mendirikan negara Indonesia dan memberinya sejarah yang luar biasa,
peran-peran yang tidak terbayangkan dan tanggung-jawab di masa depan
yang lebih besar lagi. Sebagai warga negara Indonesia, kita semua
berhutang kepada kasih karunia TUHAN yang telah mendirikan, menjaga,
merawat dan membela negara kita. Di negara yang menurut logika
seharusnya menjadi negara agama mayoritas, justru TUHAN menunjukkan
pembelaan-Nya kepada anak-anak-Nya sehingga Kekristenan tetap bisa exist. Bahkan
hari-hari ini banyak hamba-hamba TUHAN yang mengakui bahwa kekristenan
di Indonesia menjadi sangat berdampak bagi dunia, terutama melalui
restorasi/pemulihan doa-pujian-penyembahan.
Ps. David Yonggi Cho (Korea
Selatan) bahkan pernah berkata pada tahun 2001 di Surabaya bahwa Kaki
Dian kini sudah berpindah dari Korea Selatan ke Indonesia! TUHAN
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia agar kita semua dapat melakukan
apa yang menjadi rencana besar-Nya bagi dunia. 1 Petrus
2:9-10, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa
yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” TUHAN
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia agar kita bisa menjadi saksi
atas perbuatan-Nya yang ajaib bagi negara/bangsa kita.
2. TUHAN-lah pemilik
kuasa dan otoritas atas tanah air dan pemerintahan negara kita.
Sebagaimana kita telah baca sejarah lahirnya negara ini, TUHAN-lah yang
memiliki kendali atas tanah ini, bangsa dan negara ini. TUHAN masih
melakukannya dan terus memberikan kepada kita sejarah dan perjalanan
bangsa yang luar biasa. Kita merayakan kemerdekaan sebagai ungkapan
syukur kepada TUHAN atas fakta ini. Di bulan Agustus ini, kita sebagai
anak-anak TUHAN perlu bangkit untuk berdoa lebih lagi agar berkat TUHAN
makin dicurahkan atas tanah air kita dan hikmat TUHAN menguasai para
pemimpin negara kita.
1 Timotius 2:1-3
“Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan
ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua
pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala
kesalehan dan kehormatan.” Sebagai anak-anak TUHAN
milikilah sikap patriotik yang benar yaitu memilih untuk memberkati dan
mendoakan bangsa, negara dan pemerintah karena semua itu diberikan dalam
kuasa dan otorisasinya TUHAN (Roma 13:1-6).
3. TUHAN-lah yang
menempatkan kita di Indonesia agar kita bisa menjadi pribadi yang
membawa dampak. Kita semua bisa ada dan menjadi warga negara Indonesia
bukanlah tanpa sebab. TUHAN menempatkan kita sebagai orang Indonesia
karena inilah tempat di mana kita bisa menjadi pribadi yang membawa
dampak. Seandainya jalan hidup Anda pun dibawa TUHAN kepada
bangsa/negara lain, Anda akan diingat sebagai seorang “Indonesian.”
Di manapun TUHAN menempatkan kita -- dalam hal ini di Indonesia -- kita diminta untuk mengusahakan kesejahteraannya. Yeremia
29:7, “Usahakanlah kesejahteraan kota (negara) ke mana kamu AKU buang,
dan berdoalah untuk kota (negara) itu kepada TUHAN, sebab
kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Ujian apakah
kita layak atau tidak untuk menjadi warga Kerajaan ALLAH yang kekal itu
adalah apakah kita saat di dunia telah menjadi warga negara yang dapat
dipercaya, dibanggakan dan berdampak? Kita harus terus bekerja,
berkarya dan berdampak di Indonesia, karena itulah yang TUHAN minta dan
percayakan kepada kita. Kita harus lebih aktif membangun
komunitas-komunitas kita, lebih banyak lagi mendoakan bangsa-negara kita
dan lebih banyak lagi bergerak sebagai saksi-saksi YESUS di negara ini.
Renungan:
Wage Rudolf Supratman, pengarang lagu kebangsaan “Indonesia Raya” menulis sebuah kalimat “Disanalah aku berdiri jadi Pandu ibuku” (There I will stand as a Guardian of my motherland) dalam
lagu kebangsaan tersebut. Anak-anak TUHAN dipanggil oleh-Nya untuk
menjadi penjaga atas bangsanya, sebagaimana TUHAN tegaskan dalam Yehezkiel 3:17. TUHAN memanggil kita untuk menjadi patriot-Nya, yaitu memperingati, memperbaiki dan menjaga bangsa-negara kita, Indonesia (Yehezkiel 3:17-21). Kita
anak-anak TUHAN dipanggil oleh-Nya untuk berdiri bagi bangsa ini di
hadapan-Nya dan memohonkan berkat/perkenanan TUHAN atas Indonesia.
Kitalah Penjaga-penjaga atas Indonesia. Hiduplah Indonesia Raya! (CS)