Mazmur Daud, ketika ia ada di padang
gurun Yehuda. Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku
haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan
tandus, tiada berair. Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat
kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih setia-Mu
lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. Demikianlah
aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi
nama-Mu. Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan
bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji. Apabila aku ingat
kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam,
-- sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan
sayap-Mu aku bersorak-sorai. Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu
menopang aku. (Mazmur 63:1-9)
Daud adalah seorang yang hidupnya
dilipat-gandakan, banyak pemazmur yang dilahirkan melalui hidupnya.
Pengaruhnya kuat dan meluas. Dengan roh yang menyembah dan haus akan
Tuhan, ada banyak para penyembah yang mengalami impartasi hidup Daud
sepanjang zaman.
Demikian juga halnya dengan para
pahlawan yang perkasa, Daud banyak melahirkan para pahlawan lewat
hidupnya. Mengapa hal ini terjadi? Karena hidup Daud intim dengan
Tuhan. Sehingga hidup Illahi mengalir dari Tuhan ke dalam hidupnya
karena persekutuannya yang intim, berakibat Daud menghasilkan
pelipat-gandaan di dalam dirinya.
Kita belajar dari teladan kehausan Daud
mencari Tuhan di dalam Mazmur 63: 1-9. Ketika ada di padang gurun
Yehuda, Daud memperhatikan tanah kering gersang yang ada di depan
matanya. Dia menarik kenyataan ini kepada dirinya yang sedang mengalami
kegersangan hidup. Dia melihat dirinya seperti tanah yang kering
tandus tiada berair, sangat menginginkan air. Dia melihat, keadaannya
yang sedang mengalami “padang gurun kehidupan” tidak membuatnya mengeluh
ataupun bersungut-sungut, melainkan membuatnya berseru kepada Tuhan dan
semakin gigih mencari Tuhan. Daud katakan “ ya Alahku, ......, aku
mencari Engkau, jiwaku haus kepadaMu, tubuhku rindu kepadaMu, seperti
tanah tandus membutuhkan air.”
Dengan cara memandang kepada Tuhan yang
sedemikian rupa, dalam setiap tantangan dan pergumulan yang dihadapi,
Daud bahkan melihat kekuatan Tuhan dan kemuliaanNya. Inilah yang dialami
ketika keintiman Dengan Tuhan itu dibangun, “padang gurun” kehidupan
menjadikan semakin haus akan Tuhan dan semakin melihat Tuhan dalam
kekuatan dan kemuliaanNya.
Apa yang perlu kita ikuti dari teladan Daud dalam membangun keintiman dengan Tuhan?
- Selalu fokus untuk memandang kepada Tuhan (ayat 3).
- Mengingat dan menghargai kasih setia Tuhan senantiasa. Dia setia menolong dan menghibur kita. Bahkan membawa dari kemenangan kepada kemenangan yang lebih besar (ayat 4).
- Kita selalu memuji Tuhan dan menaikkan tangan pengagungan bagi Dia dalam segala yang kita alami (ayat 5).
- Tinggal dalam naungan sayap hadiratNya selalu ( ayat 8)
- Kita terus melekat kepada Tuhan (ayat 9).
Gaya hidup membangun keintiman seperti
inilah yang membuat hidup Daud berbuah lebat dan berlipat ganda. Mari
kita ikuti teladannya, karena Tuhan juga ingin melipat-gandakan hidup
saudara, sebagaimana Tuhan telah lakukan kepada Daud. (MG)