Komunikasi

Komunikasi

Bacaan: Kejadian 11:1-9; Amos 3:3

Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?- Amos 3:3


Besok pagi merupakan hari yang paling bersejarah bagi Robert, ia akan menerima penghargaan sebagai mahasiswa teladan. Ia mempersiapkan celana panjang yang baru untuk momen itu, hanya sayang celananya 10 cm lebih panjang dari ukuran kakinya. Berkatalah ia kepada sang nenek, “Tolong potong celana ini 10 cm, supaya tidak kepanjangan.” Sang nenek menjawab, “Mata Nenek sudah rabun dan tak lagi bisa memperbaikinya. Mendengar jawaban itu, ia pergi kepada ibunya dan minta hal yang sama, sayang ibunya tidak bisa karena baru repot. Sebagai harapannya yang terakhir, ia minta tolong kepada kakaknya untuk memotong celananya 10 cm, tapi kakaknya juga keberatan karena sedang sibuk.
Ketika Robert sudah tidur, neneknya jadi kasihan dan mengambil celana itu dan menguranginya 10 cm. Tak lama kemudian, ibunya juga merasa kasihan dan mengambil celana itu serta memotongnya dan menjahitnya lagi. Satu jam kemudian sang kakak juga tergerak oleh iba dan kemudian menolong adiknya dan memotong celana itu 10 cm lagi. Anda bisa menebak kelanjutan cerita ini?

Ketika mengingat kisah konyol itu, kadangkala saya senyum-senyum sendiri. Hanya karena miskomunikasi, maka kacaulah segala sesuatunya. Tak dapat disangkal lagi kalau komunikasi memiliki pengaruh yang sedemikian penting. Untuk mengacaukan sebuah proyek besar macam Pembangunan Menara Babel tak perlu susah-susah. Kacaukan saja bahasanya, maka semuanya akan rusak. Di saat sang arsitek, pelaksana proyek dan pekerja bangunan tak lagi bisa berkomunikasi, gagallah proyek raksasa itu.

Komunikasi bukan lagi pilihan tapi kebutuhan. Komunikasi dalam keluarga akan menjamin bahtera itu tetap bertahan saat gelombang datang. Komunikasi dalam gereja akan membuat pendeta dan jemaat menjadi tim yang solid dalam mengerjakan visi Tuhan. Komunikasi dalam meja kerja membuat roda perusahaan terus melaju. Tidak ada yang bisa menggantikan sebuah komunikasi. Jika hari ini kita merasa sebagai orang yang gagal, biarlah renungan ini menjadi cermin bagi kita. Bisa jadi kegagalan yang kita alami bukan karena kita bodoh, kurang pengalaman, atau bukan juga karena situasi yang tidak bersahabat. Bisa jadi kegagalan yang kita alami karena lemahnya komunikasi yang kita bangun.

Komunikasi bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan!
 

Sebab itu orang yang sukses adalah orang yang bisa membangun komunikasi!
Comments
0 Comments