Tegas Dan Jujur




Yosafat diam di Yerusalem. Ia mengadakan kunjungan pula ke daerah-daerah, dari Bersyeba sampai ke pegunungan Efraim, sambil menyuruh rakyat berbalik kepada TUHAN, Allah nenek moyang mereka. Ia mengangkat juga hakim-hakim di seluruh negeri, yakni di semua kota yang berkubu di Yehuda, di tiap-tiap kota. Berpesanlah ia kepada hakim-hakim itu: "Pertimbangkanlah apa yang kamu buat, karena bukanlah untuk manusia kamu memutuskan hukum, melainkan untuk TUHAN, yang ada beserta kamu, bila kamu memutuskan hukum. Sebab itu, kiranya kamu diliputi oleh rasa takut kepada TUHAN. Bertindaklah dengan seksama, karena berlaku curang, memihak ataupun menerima suap tidak ada pada TUHAN, Allah kita." 2 Tawarikh 19:4-7



Tiba-tiba terdengar, Priit! Aku pun terpaksa harus menghentikan laju motorku.

“Selamat sore, Pak. Tolong surat-suratnya,” kata seorang polisi. Aku bergegas menunjukkan STNK dan SIM kepadanya.

“ Bapak sudah bagus, surat-suratnya lengkap. Tetapi, Bapak tetap saya tilang,” katanya.

“Ada apa, Pak? Kesalahan saya apa? kataku dengan heran. Pak, siang saja setiap motor wajib menyalakan lampu, apalagi ini sudah sore,” polisi itu menjelaskan kesalahanku. Kesalahan itu memang tidak kusengaja, itu hanya karena aku lupa.

“Pak, saya ditilang di sini saja ya, rumah saya jauh,” aku mencoba menawarnya. Tetapi, polisi itu tidak mau menerima tawaranku.

“Saya bayar di sini saja, Pak, dengan jumlah yang sesuai peraturan,” lanjutku.

“Pak, ini operasi zebra. Saya tidak berhak menilang Bapak di sini. Bapak datang saja nanti dua minggu lagi di Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Ikuti sidangnya,” kata polisi itu.

Aku berusaha terus untuk menawarnya. Tokh aku tidak menyuap, aku akan bayar sesuai peraturan, pikirku.

Namun polisi itu berkukuh pada pendiriannya dan mengakhiri perbincangan dengan berkata, “Maaf, Pak. Saya tidak bisa bantu Bapak. Maaf, saya tidak mau berlama-lama, komandan saya ada di sana, nanti dikira saya berbuat curang. Selamat sore”. Dia pun meninggalkanku dengan membawa SIM milikku.

Sedikit timbul kekesalan, apalagi sore itu hujan mulai turun. Tetapi, aku bangga dengan aparat kepolisian yang seperti itu. Masih ada juga polisi yang tegas dan jujur, kataku menenangkan diri. Ketegasan diperlukan agar hukum atau peraturan bisa ditegakkan. Bayangkan seandainya tidak ada orang yang tegas, pasti akan kacau.

Lihat pengalaman dalam keluarga imam Eli. Imam Eli adalah orang yang tidak tegas, terutama terhadap anak-anaknya, Hofni dan Pinehas. Yang terjadi dari ketidaktegasan imam Eli adalah anak-anaknya menjadi anak-anak dursila, yang terus melanggar hukum Tuhan tentang hak seorang imam. Hal ini mendatangkan hukuman, baik kepada imam Eli maupun kepada Hofni dan Pinehas. Namun, tegas saja tidak cukup, harus disertai dengan kejujuran.

Kepada hakim-hakim, Yosafat meminta supaya mereka bertindak saksama, artinya tegas dan tidak menerima suap. Pasalnya, kedudukan sebagai hakim adalah kedudukan yang rentan dengan suap. Seorang hakim bisa saja tegas, tetapi bisa juga dengan mudah menerima suap. Bukan hanya kepada polisi, rohaniwan, dan hakim, ketegasan dan kejujuran itu dituntut, tetapi juga kepada kita semua.

Ketegasan dan kejujuran harus ada di rumah, di tempat kerja, di masyarakat, bahkan di gereja. Ketegasan akan membuat situasi dan kondisi terkendali dan berjalan teratur, sedang kejujuran akan menjaga hubungan yang baik dengan sesama dan membuat hidup lebih tenang.

 Ketika Yakub hidup dalam ketidakjujuran, maka hubungannya dengan Esau terputus dan dia hidup dalam pelarian. Jadilah orang yang tegas dan jujur!

Comments
0 Comments