Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Yeremia 29:11
Dan di atas semuanya itu: kenakanlah
kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Kolose 3:14
Biasanya kami hampir selalu bersama-sama ke
mana pun. Berangkat dan pulang kerja, ke gereja, ke pesta, jalan-jalan, bahkan
ke pasar. Tetapi sejak saya sakit, saya tidak bisa lagi bersama-sama dengan
dia, sehingga dia melakukan semuanya sendiri. Kecuali ke gereja, jika tubuh
saya tidak begitu lemah, saya berusaha untuk berangkat dan kami akan pergi
bersama-sama.
Tidak terhitung berapa kali saya meminta maaf
kepadanya, suami yang saya kasihi dan sangat mengasihi saya. Saya meminta maaf
salah satunya karena sudah setahun lebih dia harus belanja sendiri ke pasar dan
melayani saya.
“Maafkan saya, saya sangat menyusahkanmu,”
kata saya sambil menangis.
“Jangan pernah berkata begitu, tidak ada yang
salah. Sudah kewajiban saya sebagai suami untuk melakukan semuanya. Kamu istri
saya dan saya sangat mengasihimu,” jawabnya.
Di dalam hati saya berkata, Tuhan, Engkau
tidak pernah salah. Engkau telah memberikan suami yang baik, mengasihi, dan
begitu mengerti keadaan saya serta menerima saya apa adanya tanpa pernah
mengeluh.
Saya teringat dua belas tahun yang lalu isi
doa permohonan saya kepada Tuhan mengenai pasangan hidup. Saya meminta agar
Tuhan mempertemukan saya dengan seorang pria yang mengasihi Tuhan dan mengasihi
saya. Saya menggumuli ini dalam doa dan puasa.
Pertama kali bertemu, saya tidak tertarik sama
sekali kepadanya. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya pun mulai menyukai dia
dan singkat cerita kami menikah. Di saat mengarungi bahtera pernikahan, saya
menyadari bahwa Tuhan benar-benar menjawab doa saya. Suami yang Tuhan berikan
hampir tidak pernah menyakiti saya dan saya selalu berkata, Tuhan, Engkau tidak
pernah salah. Terima kasih Tuhan.
Ketika pembantu kami pulang kampung, dia harus
bangun pagi-pagi benar untuk membuatkan jus buah untuk saya. Menyiapkan makanan
untuk saya dan anak kami yang masih kecil, dan mengerjakan berbagai pekerjaan
di rumah sebelum pergi ke kantor. Ketika tubuh saya terlalu lemah, ia
memandikan saya. Ia sabar menghadapi keadaan emosi saya yang kurang stabil
selama sakit.
Terima kasih Tuhan, Engkau tidak pernah salah.
Berkatilah dia, kataku kepada Tuhan. Apa pun kekurangan yang ia miliki, saya
mengasihi dia, dialah yang terbaik untuk saya. Kasih dan kesetiaan kita kepada
pasangan akan teruji di saat-saat yang sulit.
Ketika kehidupan berjalan lancar tanpa
hambatan yang berarti, sangatlah mudah kita menyatakan kasih dan kesetiaan.
Tetapi apa yang terjadi manakala kesulitan hidup datang? Ketika pasangan kita
tidak lagi sejaya dulu, ketika ia sakit, ketika ia dipecat dari pekerjaannya,
atau ketika ia menghadapi kesulitan lainnya? Firman Tuhan menasihatkan agar
kita mengenakan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
Biarlah setiap pasangan tetap saling mengasihi, saling melayani, sabar dan
setia.